Rabu, 06 Juli 2011

BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH

The shower smiles in a politician.



BAB V BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH
 
 





Setelah mempelajari Bab ini, diharapkan Anda dapat :
  1. Mendefinisikan bimbingan dan konseling.
  2. Mengidentifikasi fungsi, prinsip, asas, jenis layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling.
  3. Menjelaskan peran kepala sekolah dan guru mata pelajaran dalam Bimbingan dan Konseling, orientasi baru, prosedur umum bimbingan dan konseling. bimbingan terhadap peserta didik bermasalah, proses konseling.
  4. Menerapkan teknik – teknik dalam konseling.
  5. Menganalisis kasus dan mengatasi masalah yang dihadapi peserta didik.

  1. Pokok Bahasan
  1. Konsep Dasar Bimbingan dan Konseling.
  2. Peran Kepala Sekolah dan Guru Mata Pelajaran dan Wali Kelas dalam Bimbingan dan Konseling.
  3. Kegiatan Layanan dan Pendukung Bimbingan dan Konseling.
  4. Prosedur Umum Bimbingan dan Konseling.
  5. Bimbingan terhadap Peserta Didik Bermasalah.
  6. Proses dan Teknik Konseling.

  1. Intisari Bacaan
      1. Konsep Dasar Bimbingan dan Konseling
  1. Pengertian Bimbingan dan Konseling
Bimbingan merupakan terjemahan dari guidance yang didalamnya terkandung beberapa makna. Sertzer & Stone (1966) menemukakan bahwa guidance berasal kata guide yang mempunyai arti to direct, pilot, manager, or steer (menunjukkan, menentukan, mengatur, atau mengemudikan). Sedangkan menurut W.S. Winkel (1981) mengemukakan bahwa guidance mempunyai hubungan dengan guiding : “ showing a way” (menunjukkan jalan), leading (memimpin), conducting (menuntun), giving instructions (memberikan petunjuk), regulating (mengatur), governing (mengarahkan) dan giving advice (memberikan nasehat).
Penggunaan istilah bimbingan seperti dikemukakan di atas tampaknya proses bimbingan lebih menekankan kepada peranan pihak pembimbing. Hal ini tentu saja tidak sesuai lagi dengan arah perkembangan dewasa ini, dimana pada saat ini klien lah yang justru dianggap lebih memiliki peranan penting dan aktif dalam proses pengambilan keputusan serta bertanggungjawab sepenuhnya terhadap keputusan yang diambilnya.
Untuk memahami lebih jauh tentang pengertian bimbingan, di bawah ini dikemukakan pendapat dari beberapa ahli :
  • Miller (I. Djumhur dan Moh. Surya, 1975) mengartikan bimbingan sebagai proses bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimum di sekolah, keluarga dan masyarakat.
  • Peters dan Shertzer (Sofyan S. Willis, 2004) mendefiniskan bimbingan sebagai : the process of helping the individual to understand himself and his world so that he can utilize his potentialities.
  • United States Office of Education (Arifin, 1978) memberikan rumusan bimbingan sebagai kegiatan yang terorganisir untuk memberikan bantuan secara sistematis kepada peserta didik dalam membuat penyesuaian diri terhadap berbagai bentuk problema yang dihadapinya, misalnya problema kependidikan, jabatan, kesehatan, sosial dan pribadi. Dalam pelaksanaannya, bimbingan harus mengarahkan kegiatannya agar peserta didik mengetahui tentang diri pribadinya sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.
  • Jones et.al. (1970) mengemukakan : “guidance is the help given by one person to another in making choice and adjusment and in solving problem.
  • I. Djumhur dan Moh. Surya, (1975) berpendapat bahwa bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis kepada individu dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, agar tercapai kemampuan untuk dapat memahami dirinya (self understanding), kemampuan untuk menerima dirinya (self acceptance), kemampuan untuk mengarahkan dirinya (self direction) dan kemampuan untuk merealisasikan dirinya (self realization) sesuai dengan potensi atau kemampuannya dalam mencapai penyesuaian diri dengan lingkungan, baik keluarga, sekolah dan masyarakat.
  • Dalam Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1990 tentang Pendidikan Menengah dikemukakan bahwa “Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada peserta didik dalam rangka menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan”.
  • Prayitno, dkk. (2003) mengemukakan bahwa bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok agar mandiri dan berkembang secara optimal, dalam bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar, dan bimbingan karier, melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung, berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Dari beberapa pendapat di atas, tampaknya para ahli masih beragam dalam memberikan pengertian bimbingan, kendati demikian kita dapat melihat adanya benang merah, bahwa :
  • Bimbingan merupakan upaya untuk memberikan bantuan kepada individu atau peserta didik.. Bantuan dimaksud adalah bantuan yang bersifat psikologis.
  • Tercapainya penyesuaian diri, perkembangan optimal dan kemandirian merupakan tujuan yang ingin dicapai dari bimbingan.
Dari pendapat Prayitno, dkk. yang memberikan pengertian bimbingan disatukan dengan konseling merupakan pengertian formal dan menggambarkan penyelenggaraan bimbingan dan konseling yang saat ini diterapkan dalam sistem pendidikan nasional.
Keberadaan layanan bimbingan dan konseling dalam sistem pendidikan di Indonesia dijalani melalui proses yang panjang, sejak kurang lebih 40 tahun yang lalu. Selama perjalanannya telah mengalami beberapa kali pergantian istilah, semula disebut Bimbingan dan Penyuluhan (dalam Kurikulum 84 dan sebelumnya), kemudian pada Kurikulum 1994 dan Kurikulum 2004 berganti nama menjadi Bimbingan dan Konseling. Akhir-akhir ini para ahli mulai meluncurkan sebutan Profesi Konseling, meski secara formal istilah ini belum digunakan.
Untuk kepentingan penulisan ini, penulis akan menggunakan istilah Bimbingan dan Konseling sesuai dengan istilah formal yang saat ini dipergunakan dalam sistem pendidikan nasional.
  1. Orientasi Baru Bimbingan dan Konseling
Pada masa sebelumnya (atau mungkin masa sekarang pun, dalam prakteknya masih ditemukan) bahwa penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling cenderung bersifat klinis-therapeutis atau menggunakan pendekatan kuratif, yakni hanya berupaya menangani para peserta didik yang bermasalah saja. Padahal kenyataan di sekolah jumlah peserta didik yang bermasalah atau berperilaku menyimpang mungkin hanya satu atau dua orang saja. Dari 100 orang peserta didik paling banyak 5 hingga 10 (5% - 10%). Selebihnya, peserta didik yang tidak memiliki masalah (90% -95%) kerapkali tidak tersentuh oleh layanan bimbingan dan konseling. Akibatnya, bimbingan dan konseling memiliki citra buruk dan sering dipersepsi keliru oleh peserta didik, guru bahkan kepala sekolah. Ada anggapan bimbingan dan konseling merupakan “polisi sekolah”, tempat menangkap, merazia, dan menghukum para peserta didik yang melakukan tindakan indisipliner. Anggapan lain yang keliru bahwa bimbingan dan konseling sebagai “keranjang sampah” tempat untuk menampung semua masalah peserta didik, seperti peserta didik yang bolos, terlambat SPP, berkelahi, bodoh, menentang guru dan sebagainya. Masalah-masalah kecil seperti itu dapat diantisipasi dan diatasi oleh para guru mata pelajaran atau wali kelas dan tidak perlu diselesaikan oleh guru pembimbing.
Mengingat keadaan seperti itu, kiranya perlu adanya orientasi baru bimbingan dan konseling yang bersifat pengembangan atau developmental dan pencegahan pendekatan preventif. .
Sofyan. S. Willis (2004) mengemukakan landasan-landasan filosofis dari orientasi baru bimbingan dan konseling, yaitu :
  1. Pedagogis; artinya menciptakan kondisi sekolah yang kondusif bagi perkembangan peserta didik dengan memperhatikan perbedaan individual diantara peserta didik.
  2. Potensial, artinya setiap peserta didik adalah individu yang memiliki potensi untuk dikembangkan, sedangkan kelemahannya secara berangsur-angsur akan diatasinya sendiri.
  3. Humanistik-religius, artinya pendekatan terhadap peserta didik haruslah manusiawi dengan landasan ketuhanan. peserta didik sebagai manusia dianggap sanggup mengembangkan diri dan potensinya.
  4. Profesional, yaitu proses bimbingan dan konseling harus dilakukan secara profesional atas dasar filosofis, teoritis, yang berpengetahuan dan berketerampilan berbagi teknik bimbingan dan konseling.
Dengan adanya orientasi baru ini, bukan berarti upaya-upaya bimbingan dan konseling yang bersifat klinis ditiadakan, tetapi upaya pemberian layanan bimbingan dan konseling lebih dikedepankan dan diutamakan yang bersifat pengembangan dan pencegahan. Dengan demikian, kehadiran bimbingan dan konseling di sekolah akan dapat dirasakan manfaatnya oleh seluruh peserta didik, tidak hanya bagi peserta didik yang bermasalah saja.
  1. Fungsi Bimbingan dan Konseling
Dengan orientasi baru Bimbingan dan konseling terdapat beberapa fungsi yang hendak dipenuhi melalui pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling. yaitu:
  1. Pemahaman; menghasilkan pemahaman pihak-pihak tertentu untuk pengembangan dan pemacahan masalah peserta didik meliputi : (a) pemahaman diri dan kondisi peserta didik, orang tua, guru pembimbing; (2) lingkungan peserta didik termasuk di dalamnya lingkungan sekolah; dan keluarga peserta didik dan orang tua; lingkungan yang lebih luas, informasi pendidikan, jabatan/pekerjaan, dan sosial budaya/terutama nilai-nilai oleh peserta didik.
  2. Pencegahan; menghasilkan tercegahnya atau terhindarnya peserta didik dari berbagai permasalahan yang timbul dan menghambat proses perkembangannya.
  3. Pengentasan; menghasilkan terentaskannya atau teratasinya berbagai permasalahan yang dialami peserta didik.
  4. Advokasi; menghasilkan kondisi pembelaaan terhadap pengingkaran atas hak-hak dan/atau kepentingan pendidikan.
  5. Pemeliharaan dan pengembangan; terpelihara dan terkembangkannya berbagai potensi dan kondisi positif peserta didik dalam rangka perkembangan dirinya secara mantap dan berkelanjutan.
  1. Prinsip-Prinsip Bimbingan dan Konseling :
Sejumlah prinsip mendasari gerak langkah penyelenggaraan kegiatan bimbingan dan konseling. Prinsip-prinsip ini berkaitan dengan tujuan, sasaran layanan, jenis layanan dan kegiatan pendukung, serta berbagai aspek operasionalisasi pelayanan bimbingan dan konseling.
Prinsip-prinsip tersebut adalah :
  1. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan sasaran layanan; (a) melayani semua individu tanpa memandang usia, jenis kelamin, suku, agama dan status sosial; (b) memperhatikan tahapan perkembangan; (c) perhatian adanya perbedaan individu dalam layanan.
  2. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan permasalahan yang dialami individu; (a) menyangkut pengaruh kondisi mental maupun fisik individu terhadap penyesuaian pengaruh lingkungan, baik di rumah, sekolah dan masyarakat sekitar, (b) timbulnya masalah pada individu oleh karena adanya kesenjangan sosial, ekonomi dan budaya.
  3. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan program pelayanan Bimbingan dan Konseling; (a) bimbingan dan konseling bagian integral dari pendidikan dan pengembangan individu, sehingga program bimbingan dan konseling diselaraskan dengan program pendidikan dan pengembangan diri peserta didik; (b) program bimbingan dan konseling harus fleksibel dan disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik maupun lingkungan; (c) program bimbingan dan konseling disusun dengan mempertimbangkan adanya tahap perkembangan individu; (d) program pelayanan bimbingan dan konseling perlu diadakan penilaian hasil layanan.
  4. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan tujuan dan pelaksanaan pelayanan; (a) diarahkan untuk pengembangan individu yang akhirnya mampu secara mandiri membimbing diri sendiri; (b) pengambilan keputusan yang diambil oleh klien hendaknya atas kemauan diri sendiri; (c) permasalahan individu dilayani oleh tenaga ahli/profesional yang relevan dengan permasalahan individu; (d) perlu adanya kerja sama dengan personil sekolah dan orang tua dan bila perlu dengan pihak lain yang berkewenangan dengan permasalahan individu; dan (e) proses pelayanan bimbingan dan konseling melibatkan individu yang telah memperoleh hasil pengukuran dan penilaian layanan.

PROSES BELAJAR MENGAJAR


BAB IV PROSES BELAJAR MENGAJAR 



Setelah mempelajari Bab ini, diharapkan Anda dapat :
  1. Mendefinisikan belajar dan pengelolaan kelas.
  2. Mengidentifikasi ciri-ciri belajar, bentuk-bentuk perubahan perilaku sebagai hasil belajar, pendekatan - pendekatan pembelajaran, masalah-masalah dalam pengelolaan kelas.
  3. Menjelaskan secara skematik tentang perubahan perilaku dan pribadi yang terjadi dari proses belajar, peran dan kompetensi guru.
  4. Menerapkan berbagai pendekatan dalam mengatasi masalah pengelolaan kelas.

  1. Pokok Bahasan
  1. Hakekat Belajar.
  2. Teori-Teori Pokok Belajar.
  3. Pembelajaran
  4. Peran dan Kompetensi Guru
  5. Pengelolaan Kelas.


  1. Intisari Bacaan
        1. Hakekat Belajar
Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu. Nana Syaodih Sukmadinata (2005) menyebutkan bahwa sebagian terbesar perkembangan individu berlangsung melalui kegiatan belajar. Lantas, apa sesungguhnya belajar itu ?
Di bawah ini disampaikan tentang pengertian belajar dari para ahli :
  • Moh. Surya (1997) : “belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya”.
  • Witherington (1952) : “belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan”.
  • Crow & Crow dan (1958) : “ belajar adalah diperolehnya kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap baru”.
  • Hilgard (1962) : “belajar adalah proses dimana suatu perilaku muncul perilaku muncul atau berubah karena adanya respons terhadap sesuatu situasi”
  • Di Vesta dan Thompson (1970) : “ belajar adalah perubahan perilaku yang relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman”.
  • Gage & Berliner : “belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang yang muncul karena pengalaman”
Dari beberapa pengertian belajar tersebut diatas, kata kunci dari belajar adalah perubahan perilaku. Dalam hal ini, Moh Surya (1997) mengemukakan ciri-ciri dari perubahan perilaku, yaitu :
    1. Perubahan yang disadari dan disengaja (intensional).
Perubahan perilaku yang terjadi merupakan usaha sadar dan disengaja dari individu yang bersangkutan.
Begitu juga dengan hasil-hasilnya, individu yang bersangkutan menyadari bahwa dalam dirinya telah terjadi perubahan, misalnya pengetahuannya semakin bertambah atau keterampilannya semakin meningkat, dibandingkan sebelum dia mengikuti suatu proses belajar. Misalnya, seorang mahasiswa sedang belajar tentang psikologi pendidikan. Dia menyadari bahwa dia sedang berusaha mempelajari tentang Psikologi Pendidikan. Begitu juga, setelah belajar Psikologi Pendidikan dia menyadari bahwa dalam dirinya telah terjadi perubahan perilaku, dengan memperoleh sejumlah pengetahuan, sikap dan keterampilan yang berhubungan dengan Psikologi Pendidikan.
    1. Perubahan yang berkesinambungan (kontinyu).
Bertambahnya pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki pada dasarnya merupakan kelanjutan dari pengetahuan dan keterampilan yang telah diperoleh sebelumnya. Begitu juga, pengetahuan, sikap dan keterampilan yang telah diperoleh itu, akan menjadi dasar bagi pengembangan pengetahuan, sikap dan keterampilan berikutnya. Misalnya, seorang mahasiswa telah belajar Psikologi Pendidikan tentang “Hakekat Belajar”. Ketika dia mengikuti perkuliahan “Strategi Belajar Mengajar”, maka pengetahuan, sikap dan keterampilannya tentang “Hakekat Belajar” akan dilanjutkan dan dapat dimanfaatkan dalam mengikuti perkuliahan “Strategi Belajar Mengajar”.
    1. Perubahan yang fungsional.
Setiap perubahan perilaku yang terjadi dapat dimanfaatkan untuk kepentingan hidup individu yang bersangkutan, baik untuk kepentingan masa sekarang maupun masa mendatang. Contoh : seorang mahasiswa belajar tentang psikologi pendidikan, maka pengetahuan dan keterampilannya dalam psikologi pendidikan dapat dimanfaatkan untuk mempelajari dan mengembangkan perilaku dirinya sendiri maupun mempelajari dan mengembangkan perilaku para peserta didiknya kelak ketika dia menjadi guru.


    1. Perubahan yang bersifat positif.
Perubahan perilaku yang terjadi bersifat normatif dan menujukkan ke arah kemajuan. Misalnya, seorang mahasiswa sebelum belajar tentang Psikologi Pendidikan menganggap bahwa dalam dalam Prose Belajar Mengajar tidak perlu mempertimbangkan perbedaan-perbedaan individual atau perkembangan perilaku dan pribadi peserta didiknya, namun setelah mengikuti pembelajaran Psikologi Pendidikan, dia memahami dan berkeinginan untuk menerapkan prinsip – prinsip perbedaan individual maupun prinsip-prinsip perkembangan individu jika dia kelak menjadi guru.
    1. Perubahan yang bersifat aktif.
Untuk memperoleh perilaku baru, individu yang bersangkutan aktif berupaya melakukan perubahan. Misalnya, mahasiswa ingin memperoleh pengetahuan baru tentang psikologi pendidikan, maka mahasiswa tersebut aktif melakukan kegiatan membaca dan mengkaji buku-buku psikologi pendidikan, berdiskusi dengan teman tentang psikologi pendidikan dan sebagainya.
    1. Perubahan yang bersifat pemanen.
Perubahan perilaku yang diperoleh dari proses belajar cenderung menetap dan menjadi bagian yang melekat dalam dirinya. Misalnya, mahasiswa belajar mengoperasikan komputer, maka penguasaan keterampilan mengoperasikan komputer tersebut akan menetap dan melekat dalam diri mahasiswa tersebut.

PERKEMBANGAN INDIVIDU


BAB III PERKEMBANGAN INDIVIDU



  1. Tujuan :
Setelah mempelajari Bab ini, diharapkan Anda dapat :
  1. Mendefinisikan perkembangan, tugas perkembangan individu dan masa remaja.
  2. Mengidentifikasi ciri-ciri umum perkembangan, prinsip-prinsip perkembangan, dan model pentahapan perkembangan individu.
  3. Menjelaskan tahapan perkembangan individu berdasarkan pendekatan didaktis.
  4. Menjelaskan tentang aspek-aspek perkembangan individu, aspek-aspek perkembangan perilaku dan pribadi pada masa remaja, serta problema yang dihadapi pada masa remaja.
  5. Menguraikan tugas-tugas perkembangan individu pada masa bayi kanak-kanak, dan remaja.

  1. Pokok Bahasan
  1. Pengertian Perkembangan.
  2. Ciri-Ciri Umum Perkembangan Individu
  3. Model Pentahapan Perkembangan.
  4. Aspek – Aspek Perkembangan Individu.
  5. Tugas – Tugas Perkembangan Individu
  6. Perkembangan Pada Masa Remaja

  1. Intisari Bacaan
    1. Pengertian Perkembangan
Perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan yang sistematis, progresif dan berkesinambungan dalam diri individu sejak lahir hingga akhir hayatnya atau dapat diartikan pula sebagai perubahan – perubahan yang dialami individu menuju tingkat kedewasaan atau kematangannya.
Yang dimaksud dengan sistematis adalah bahwa perubahan dalam perkembangan itu bersifat saling kebergantungan atau saling mempengaruhi antara satu bagian dengan bagian lainnya, baik fisik maupun psikis dan merupakan satu kesatuan yang harmonis. Contoh : kemampuan berbicara seseorang akan sejalan dengan kematangan dalam perkembangan intelektual atau kognitifnya. Kemampuan berjalan seseorang akan seiring dengan kesiapan otot-otot kaki. Begitu juga ketertarikan seorang remaja terhadap jenis kelamin lain akan seiring dengan kematangan organ-organ seksualnya.
Progresif berarti perubahan yang terjadi bersifat maju, meningkat dan meluas, baik secara kuantitatif (fisik) mapun kualitatif (psikis). Contoh : perubahan proporsi dan ukuran fisik (dari pendek menjadi tinggi dan dari kecil menjadi besar); perubahan pengetahuan dan keterampilan dari sederhana sampai kepada yang kompleks (mulai dari mengenal huruf sampai dengan kemampuan membaca buku).
Berkesinambungan artinya bahwa perubahan pada bagian atau fungsi organisme itu berlangsung secara beraturan atau berurutan. Contoh : untuk dapat berdiri, seorang anak terlebih dahulu harus menguasai tahapan perkembangan sebelumnya yaitu kemampuan duduk dan merangkak.
Lebih jauh lagi, Syamsu Yusuf (2003) memerinci, beberapa prinsip perkembangan individu, yaitu :
  1. Perkembangan merupakan proses yang tidak pernah berhenti.
  2. Semua aspek perkembangan saling berhubungan.
  3. Perkembangan terjadi pada tempo yang berlainan.
  4. Setiap fase perkembangan mempunyai ciri khas.
  5. Setiap individu normal akan mengalami tahapan/fase perkembangan.
  6. Perkembangan mengikuti pola atau arah tertentu.
Yelon dan Winstein (Syamsu Yusuf, 2003) mengemukakan tentang arah atau pola perkembangan sebagai berikut :
        1. Cephalocaudal & proximal-distal (perkembangan manusia itu mulai dari kepala ke kaki dan dari tengah (jantung, paru dan sebagainya) ke samping (tangan).
        2. Struktur mendahului fungsi.
        3. Diferensiasi ke integrasi.
        4. Dari konkret ke abstrak.
        5. Dari egosentris ke perspektivisme.
        6. Dari outer control ke inner control.

KERAGAMAN INDIVIDU DALAM KECAKAPAN DAN KEPRIBADIAN



BAB II KERAGAMAN INDIVIDU DALAM KECAKAPAN DAN KEPRIBADIAN

Setelah mempelajari Bab ini, diharapkan Anda dapat :
  1. Mendefinisikan kecakapan nyata, kecakapan potensial, kecerdasan (inteligensi), dan kepribadian
  2. Mengidentifikasi tentang indikator kecerdasan, ukuran kecerdasan, ciri-ciri keberbakatan, aspek-aspek kepribadian.
  3. Menjelaskan tentang teori-teori kecerdasan dan pengukuran kecerdasan.
  4. Menganalis faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya keragaman dalam kecakapan dan kepribadian
  1. Pokok Bahasan
    1. Keragaman Individu dalam Kecakapan dan Kepribadian.
    2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Timbulnya Keragaman dalam Kecakapan dan Kepribadian.
  1. Intisari Bacaan

Keragaman Individu dalam Kecakapan dan Kepribadian

Dalam melaksanakan tugasnya, seorang guru mungkin akan dihadapkan dengan puluhan atau bahkan ratusan peserta didiknya, dengan masing-masing karakateristik yang dimilikinya.
Di antara sekian banyak karakteristik yang dimiliki peserta didik, yang penting dan perlu diketahui guru adalah berkenaan dengan kecakapan dan kepribadian peserta didiknya.Dari segi kecepatan belajar, ada peserta didik yang menunjukkan cepat dalam menangkap pelajaran, namun sebaliknya ada juga yang sangat lambat. Dari segi kepribadian, guru akan berhadapan dengan ciri-ciri kepribadian para peserta didiknyanya yang khas atau unik.
Berhadapan dengan peserta didik yang memiliki kecepatan belajar dan memiliki ciri-ciri kepribadian yang positif, guru mungkin akan menganggap seolah-olah tidak ada hambatan. Namun ketika berhadapan dengan peserta didik yang lambat dalam belajar atau ciri-ciri kepribadian yang negatif, adakalanya guru dibuat frustrasi. Ujung-ujungnya dia langsung saja akan menyimpulkan bahwa peserta didiklah yang salah. Peserta didik dianggap kurang rajin, bodoh, malas, kurang sungguh-sungguh dan sebagainya.
Jika saja guru tersebut dapat memahami tentang keragaman individu, belum tentu dia akan langsung menarik kesimpulan bahwa peserta didiklah yang salah. Terlebih dahulu mungkin dia akan mempelajari latar belakang sosio-psikologis peserta didiknya, sehingga akan diketahui secara akurat kenapa peserta didik itu lambat dalam belajar, selanjutnya dia berusaha untuk menemukan solusinya dan menetukan tindakan apa yang paling mungkin bisa dilakukan agar peserta didik tersebut dapat mengembangkan perilaku dan pribadinya secara optimal.
Membicarakan tentang keragaman individu secara luas dan mendalam sebetulnya sudah merupakan kajian tersendiri yaitu dalam bidang Psikologi Diferensial. Untuk kepentingan pengetahuan guru dalam memahami peserta didiknya, di bawah ini akan diuraikan dua jenis keragaman individu yaitu keragaman dalam kecakapan dan kepribadian.
      1. Keragaman Individu dalam Kecakapan
Kecakapan individu dapat dibagi kedalam dua bagian yaitu kecakapan nyata (actual ability) dan kecakapan potensial (potential ability).
Kecakapan nyata (actual ability) yaitu kecakapan yang diperoleh melalui belajar (achivement atau prestasi), yang dapat segera didemonstrasikan dan diuji sekarang. Misalkan, setelah selesai mengikuti proses perkuliahan (kegiatan tatap muka di kelas), pada akhir perkuliahan mahasiswa diuji oleh dosen tentang materi yang disampaikannya (tes formatif). Ketika mahasiswa mampu menjawab dengan baik tentang pertanyaan dosen, maka kemampuan tersebut merupakan atau kecakapan nyata (achievement).
Sedangkan kecakapan potensial merupakan aspek kecakapan yang masih terkandung dalam diri individu dan diperoleh dari faktor keturunan (herediter). Kecakapan potensial dapat dibagi ke dalam dua bagian yaitu kecakapan dasar umum (inteligensi atau kecerdasan) dan kecakapan dasar khusus (bakat atau aptitudes).
C.P. Chaplin (1975) memberikan pengertian inteligensi sebagai kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara cepat dan efektif.
Pada awalnya teori inteligensi masih bersifat unidimensional (kecerdasan tunggal), yakni hanya berhubungan dengan aspek intelektual saja, seperti teori inteligensi yang dikemukakan oleh Charles Spearman (1904) dengan teori “Two Factors”-nya. Menurut pendapatnya bahwa inteligensi terdiri dari kemampuan umum yang diberi kode “g” (genaral factor) dan kemampuan khusus yang diberi kode “s” (specific factor).
Selanjutnya, Thurstone (1938) mengemukakan teori “Primary Mental Abilities”, bahwa inteligensi merupakan penjelmaan dari kemampuan primer, yaitu : (1) kemampuan berbahasa (verbal comprehension); (2) kemampuan mengingat (memory); (3) kemampuan nalar atau berfikir (reasoning); (4) kemampuan tilikan ruangan (spatial factor); (5) kemampuan bilangan (numerical ability); (6) kemampuan menggunakan kata-kata (word fluency); dan (7) kemampuan mengamati dengan cepat dan cermat (perceptual speed).
Sementara itu, J.P. Guilford mengemukakan bahwa inteligensi dapat dilihat dari tiga kategori dasar atau “faces of intellect”, yaitu :
  1. Operasi Mental (Proses Befikir)
  1. Cognition (menyimpan informasi yang lama dan menemukan informasi yang baru).
  2. Memory Retention (ingatan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari).
  3. Memory Recording (ingatan yang segera).
  4. Divergent Production (berfikir melebar=banyak kemungkinan jawaban/ alternatif).
  5. Convergent Production (berfikir memusat= hanya satu kemungkinan jawaban/alternatif).
  6. Evaluation (mengambil keputusan tentang apakah suatu itu baik, akurat, atau memadai).
  1. Content (Isi yang Dipikirkan)
  1. Visual (bentuk konkret atau gambaran).
  2. Auditory.
  3. Word Meaning (semantic).
  4. Symbolic (informasi dalam bentuk lambang, kata-kata atau angka dan notasi musik).
  5. Behavioral (interaksi non verbal yang diperoleh melalui penginderaan, ekspresi muka atau suara).
  1. Product (Hasil Berfikir)
  1. Unit (item tunggal informasi).
  2. Kelas (kelompok item yang memiliki sifat-sifat yang sama).
  3. Relasi (keterkaitan antar informasi).
  4. Sistem (kompleksitas bagian saling berhubungan).
  5. Transformasi (perubahan, modifikasi, atau redefinisi informasi).
  6. Implikasi (informasi yang merupakan saran dari informasi item lain).
Belakangan ini banyak orang menggugat tentang kecerdasan intelektual (unidimensional), yang konon dianggap sebagai anugerah yang dapat mengantarkan kesuksesan hidup seseorang. Pertanyaan muncul, bagaimana dengan tokoh-tokoh dunia, seperti Mozart dan Bethoven dengan karya-karya musiknya yang mengagumkan, atau Maradona dan Pele sang legenda sepakbola dunia,. Apakah mereka termasuk juga orang-orang yang genius atau cerdas ? Dalam teori kecerdasan tunggal (uni-dimensional), kemampuan mereka yang demikian hebat ternyata tidak terakomodasikan. Maka muncullah, teori inteligensi yang berusaha mengakomodir kemampuan-kemampuan individu yang tidak hanya berkenaan dengan aspek intelektual saja. Dalam hal ini, Howard Gardner (1993), mengemukakan teori Multiple Inteligence, dengan aspek-aspeknya sebagai tampak dalam tabel di bawah ini:
INTELIGENSI
KEMAMPUAN INTI
1. Logical – Mathematical
Kepekaan dan kemampuan untuk mengamati pola-pola logis dan bilangan serta kemampuan untuk berfikir rasional.
2. Linguistic
Kepekaan terhadap suara, ritme, makna kata-kata, dan keragaman fungsi-fungsi bahasa.
3. Musical
Kemampuan untuk menghasilkan dan mengapresiasikan ritme. Nada dan bentuk-bentuk ekspresi musik.
4. Spatial
Kemampuan mempersepsi dunia ruang-visual secara akurat dan melakukan tranformasi persepsi tersebut.
5. Bodily Kinesthetic
Kemampuan untuk mengontrol gerakan tubuh dan mengenai objek-objek secara terampil.
6. Interpersonal
Kemampuan untuk mengamati dan merespons suasana hati, temperamen, dan motivasi orang lain.
7. Intrapersonal
Kemampuan untuk memahami perasaan, kekuatan dan kelemahan serta inteligensi sendiri.
Kecakapan potensial seseorang hanya dapat dideteksi dengan mengidentifikasi indikator-indikatornya. Jika kita perhatikan penjelasan tentang aspek-aspek inteligensi dari teori-teori inteligensi di atas, maka pada dasarnya indikator kecerdasan akan mengerucut ke dalam tiga ciri yaitu : kecepatan (waktu yang singkat), ketepatan (hasilnya sesuai dengan yang diharapkan) dan kemudahan (tanpa menghadapi hambatan dan kesulitan yang berarti) dalam bertindak.
Dengan indikator-indikator perilaku inteligensi tersebut, para ahli mengembangkan instrumen-instrumen standar untuk mengukur perkiraan kecakapan umum (kecerdasan) dan kecakapan khusus (bakat) seseorang. Alat ukur inteligensi yang paling dikenal dan banyak digunakan di Indonesia ialah Tes Binet Simon -- walaupun sebetulnya menurut hemat penulis alat ukur tersebut masih terbatas untuk mengukur inteligensi atau bakat persekolahan (scholastic aptitude), belum dapat mengukur aspek – aspek inteligensi secara keseluruhan (multiple inteligence). Selain itu, ada juga tes intelegensi yang bersifat lintas budaya yaitu Tes Progressive Metrices (PM) yang dikembangkan oleh Raven.
Dari hasil pengukuran inteligensi tersebut dapat diketahui seberapa besar tingkat integensi (biasa disebut IQ = Intelligent Quotient yaitu ukuran kecerdasan dikaitkan dengan usia seseorang.
Rumus yang biasa digunakan untuk menghitung IQ seseorang adalah :

Di bawah ini disajikan norma ukuran kecerdasan dikaitkan dengan usia seseorang.
IQ
KATEGORI
PERSENTASE
140
Jenius (Genius)
0.25 %
130-139
Sangat Unggul (Very Superior)
0.75 %
120-129
Unggul (Superior)
6 %
110-119
Diatas rata-rata (High Average)
13 %
90-109
Rata-rata (Average)
60 %
80 - 89
Dibawah Rata-Rata (Low Average)
13 %
70 - 79
Bodoh (Dull)
6 %
50 - 69
Debil (Moron)
0.75 %
25 - 49
Imbecil
0.20 %
< 25
Idiot
0.05 %

PESIKOLOGI PENDIDIKAN DAN PERILAKU INDIVIDU




BAB I PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN PERILAKU INDIVIDU




Setelah mempelajari Bab ini, diharapkan Anda dapat :
  1. Mendefinisikan psikologi dan psikologi pendidikan
  2. Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan individu, indikator-indikator motivasi, bentuk-bentuk konflik, bentuk-bentuk perilaku salah-suai dan taksonomi perilaku individu.
  3. Menjelaskan psikologi pendidikan sebagai ilmu, arti penting psikologi pendidikan bagi guru, peranan dan pengaruh pendidikan terhadap perubahan dan perkembangan perilaku individu.
  4. Menguraikan mekanisme pembentukan perilaku menurut pandangan behaviorisme dan holistik.

  1. Pokok Bahasan
    1. Pengertian Psikologi Pendidikan.
    2. Perilaku Individu.
    3. Taksonomi Perilaku Individu.
    4. Pengaruh Pendidikan terhadap Perubahan Perilaku dan Pribadi Individu.
  1. Intisari Bacaan

Pengertian Psikologi Pendidikan

Secara etimologis, psikologi berasal dari kata “psyche” yang berarti jiwa atau nafas hidup, dan “logos” atau ilmu. Dilihat dari arti kata tersebut seolah-olah psikologi merupakan ilmu jiwa atau ilmu yang mempelajari tentang jiwa. Jika kita mengacu pada salah satu syarat ilmu yakni adanya obyek yang dipelajari, maka tidaklah tepat jika kita mengartikan psikologi sebagai ilmu jiwa atau ilmu yang mempelajari tentang jiwa, karena jiwa merupakan sesuatu yang bersifat abstrak dan tidak bisa diamati secara langsung.
Berkenaan dengan obyek psikologi ini, maka yang paling mungkin untuk diamati dan dikaji adalah manifestasi dari jiwa itu sendiri yakni dalam bentuk perilaku individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Dengan demikian, psikologi kiranya dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Psikologi terbagi ke dalam dua bagian yaitu psikologi umum (general phsychology) yang mengkaji perilaku pada umumnya dan psikologi khusus yang mengkaji perilaku individu dalam situasi khusus, diantaranya :
  • Psikologi Perkembangan; mengkaji perilaku individu yang berada dalam proses perkembangan mulai dari masa konsepsi sampai dengan akhir hayat.
  • Psikologi Kepribadian; mengkaji perilaku individu khusus dilihat dari aspek – aspek kepribadiannya.
  • Psikologi Klinis; mengkaji perilaku individu untuk keperluan penyembuhan (klinis)
  • Psikologi Abnormal; mengkaji perilaku individu yang tergolong abnormal.
  • Psikologi Industri; mengkaji perilaku individu dalam kaitannya dengan dunia industri.
  • Psikologi Pendidikan; mengkaji perilaku individu dalam situasi pendidikan
Disamping jenis – jenis psikologi yang disebutkan di atas, masih terdapat berbagai jenis psikologi lainnya, bahkan sangat mungkin ke depannya akan semakin terus berkembang, sejalan dengan perkembangan kehidupan yang semakin dinamis dan kompleks.
Psikologi pendidikan dapat dikatakan sebagai suatu ilmu karena didalamnya telah memiliki kriteria persyaratan suatu ilmu, yakni :
  • Ontologis; obyek dari psikologi pendidikan adalah perilaku-perilaku individu yang terlibat langsung maupun tidak langsung dengan pendidikan, seperti peserta didik, pendidik, administrator, orang tua peserta didik dan masyarakat pendidikan.
  • Epistemologis; teori-teori, konsep-konsep, prinsip-prinsip dan dalil – dalil psikologi pendidikan dihasilkan berdasarkan upaya sistematis melalui berbagai studi longitudinal maupun studi cross sectional, baik secara pendekatan kualitatif maupun pendekatan kuantitatif.
  • Aksiologis; manfaat dari psikologi pendidikan terutama sekali berkenaan dengan pencapaian efisiensi dan efektivitas proses pendidikan.
Dengan demikian, psikologi pendidikan dapat diartikan sebagai salah satu cabang psikologi yang secara khusus mengkaji perilaku individu dalam konteks situasi pendidikan dengan tujuan untuk menemukan berbagai fakta, generalisasi dan teori-teori psikologi berkaitan dengan pendidikan, yang diperoleh melalui metode ilmiah tertentu, dalam rangka pencapaian efektivitas proses pendidikan.
Pendidikan memang tidak bisa dilepaskan dari psikologi. Sumbangsih psikologi terhadap pendidikan sangatlah besar. Kegiatan pendidikan, khususnya pada pendidikan formal, seperti pengembangan kurikulum, Proses Belajar Mengajar, sistem evaluasi, dan layanan Bimbingan dan Konseling merupakan beberapa kegiatan utama dalam pendidikan yang di dalamnya membutuhkan psikologi.
Pendidikan sebagai suatu kegiatan yang di dalamnya melibatkan banyak orang, diantaranya peserta didik, pendidik, adminsitrator, masyarakat dan orang tua peserta didik. Oleh karena itu, agar tujuan pendidikan dapat tercapai secara efektif dan efisien, maka setiap orang yang terlibat dalam pendidikan tersebut seyogyanya dapat memahami tentang perilaku individu sekaligus dapat menunjukkan perilakunya secara efektif.
Guru dalam menjalankan perannya sebagai pembimbing, pendidik dan pelatih bagi para peserta didiknya, tentunya dituntut memahami tentang berbagai aspek perilaku dirinya maupun perilaku orang-orang yang terkait dengan tugasnya,--terutama perilaku peserta didik dengan segala aspeknya--, sehingga dapat menjalankan tugas dan perannya secara efektif, yang pada gilirannya dapat memberikan kontribusi nyata bagi pencapaian tujuan pendidikan di sekolah.
Di sinilah arti penting Psikologi Pendidikan, dengan memahami psikologi pendidikan, seorang guru melalui pertimbangan-pertimbangan psikologisnya diharapkan dapat : (a) merumuskan tujuan pembelajaran, (b) memilih strategi atau metode pembelajaran, (c) memilih alat bantu dan media pembelajaran yang tepat, (d) memberikan bimbingan atau bahkan memberikan konseling kepada peserta didiknya, (e) memfasilitasi dan memotivasi belajar peserta didik, (f) menciptakan iklim belajar yang kondusif, (g) berinteraksi secara bijak dengan peserta didiknya, (h) menilai hasil pembelajaran, dan (i) dapat mengadministrasikan pembelajaran secara efektif dan efisien.
Selain itu, dengan memahami Psikologi Pendidikan para guru juga dapat memahami dan mengembangkan diri-pribadinya untuk menjadi seorang guru yang efektif dan patut diteladani.
Penguasaan guru tentang psikologi pendidikan merupakan salah satu kompetensi yang harus dikuasai guru, yakni kompetensi pedagogik. Muhibbin Syah (2003) mengatakan bahwa diantara pengetahuan-pengetahuan yang perlu dikuasai guru dan calon guru adalah pengetahuan psikologi terapan yang erat kaitannya dengan proses belajar mengajar peserta didik.

Perilaku Individu

Salah satu tugas utama guru adalah berusaha mengembangkan perilaku peserta didiknya. Dalam hal ini, Abin Syamsuddin Makmun (2003) menyebutkan bahwa tugas guru antara lain sebagai pengubah perilaku peserta didik (behavioral changes). Oleh karena itu itu, agar perilaku peserta didik dapat berkembang optimal, tentu saja seorang guru seyogyanya dapat memahami tentang bagaimana proses dan mekanisme terbentuknya perilaku para peserta didiknya. Untuk memahami perilaku individu dapat dilihat dari dua pendekatan, yang saling bertolak belakang, yaitu: (1) behaviorisme dan (2) holistik atau humanisme. Kedua pendekatan ini memiliki implikasi yang luas terhadap proses pendidikan, baik untuk kepentingan pembelajaran, pengelolaan kelas, pembimbingan serta berbagai kegiatan pendidikan lainnya. Di bawah ini akan diuraikan mekanisme pembentukan perilaku dilihat dari kedua pendekatan tersebut dengan merujuk pada tulisan Abin Syamsuddin Makmun (2003).
      1. Mekanisme Pembentukan Perilaku Menurut Aliran Behaviorisme
Behaviorisme memandang bahwa pola-pola perilaku itu dapat dibentuk melalui proses pembiasaan dan penguatan (reinforcement) dengan mengkondisikan atau menciptakan stimulus-stimulus (rangsangan) tertentu dalam lingkungan. Behaviorisme menjelaskan mekanisme proses terjadi dan berlangsungnya perilaku individu dapat digambarkan dalam bagan berikut :

Senin, 04 Juli 2011

CARA DAFTAR DI www.reviewme.com

sebelum anda melangkah urutan daftar web, lebih baik anda meningkatkan page rank web/blogg anda terlebih dahulu. agar web/blogg anda sering dikunjungi oleh downline. untuk mengetahiu bagaimana caranya agar meningkatkan suatu web/blog pada page rank, anda klik PAGE RANK pada daftar menu di atas. karena in akan bermanfaat untuk web/blogg anda maupun bisnis online anda.

1. anda masuk ke www.reviewme.com - pilih blogger - klik sign up
2. akan muncul form kosong. isi data anda pada kotak yang telah disediakan.
addres cont, atate (USA only), province, dan SSN/Tax ID (ini hanya untuk warga amerika saja). klik pada Yes, I am 14 years of age or older.kemudian anda klik create account
3. akan muncul jendelah baru (setelah ada pesan dari reviewme.com tentang aktifasi), anda klik blogger untuk mendaftarkan blog anda yang ada di samping advertiser, anda klik submit/manage my blog - klik submit new site

Minggu, 03 Juli 2011

CARA DAFTAR DI www.adspeedy.com

sebelum anda melangkah urutan daftar web, lebih baik anda meningkatkan page rank web/blogg anda terlebih dahulu. agar web/blogg anda sering dikunjungi oleh downline. untuk mengetahiu bagaimana caranya agar meningkatkan suatu web/blog pada page rank, anda klik PAGE RANK pada daftar menu di atas. karena in akan bermanfaat untuk web/blogg anda maupun bisnis online anda.

cara daftar di www.adspeedy.com adalah sebagai berikut.
1. anda masuk ke www.adspeedy.com
2. anda klik publisher - klik registrasi sekarang
3. setelah anda klik registrasi sekarang, anda akan melihat jendela baru berupa form. anda lihat pada kalimat ADSPEEDY akan mengalihkan layanan baru secara bertahap di website baru (anda klik) kemudian akan muncul jendela website baru adspeedy.com. ada 2 pilihan yaitu advertiser dan publisher. anda pilih publisher dan klik daftar sekarang.
4. isi data anda secara lengkap dan benar - klik registrasi publisher
5. tunggu ada email penerimaan anggota di inbox email anda
6. jika ada pesan dari adspeedy.com, buka dan klik link yang sudah ditentukan.
7. anda akan melihat jendela baru berupa aktifasi publisher. klik pada bagian klik disini untuk login.
8. setelah anda login, langkah selanjutnya anda klik zonabaru. anda isi referensi anda dan klik submit
9. isi pengaturan zona anda - klik ajukan persetujuan.

Sabtu, 02 Juli 2011

CARA DAFTAR DI www.Adsentra.com

sebelum anda melangkah urutan daftar web, lebih baik anda meningkatkan page rank web/blogg anda terlebih dahulu. agar web/blogg anda sering dikunjungi oleh downline. untuk mengetahiu bagaimana caranya agar meningkatkan suatu web/blog pada page rank, anda klik PAGE RANK pada daftar menu di atas. karena in akan bermanfaat untuk web/blogg anda maupun bisnis online anda.
1. anda masuk ke www.adsentra.com
2. anda klik penerbit pada menu - anda isi form yang telah di sediakan - anda klik submit (jika anda tidak punya perusahaan, kosongkan pada company name)
3. isi data anda yang ke 2 dan deskripsi web/blog anda, pada state/province ganti international (non U.S) dan pada Primary Visitor Region (di kosongkan)
4. anda klik continue - klik create account. akan muncul jendela baru berupa langkah - langkah yang akan anda lakukan. anda klik login - buka inbox di email anda untuk melihat aktifasi.
5. anda lihat di menu laporan, alat gabungan dll. (setelah anda login) atur alat gabungan untuk ukuran iklan yang akan di tampilkan. anda akan dapat kode iklan yang akan di tampilkan. kemudian anda copy code tersebut.
6. setelah anda copy, anda masuk ke buka blogg/web anda - klik rancangan - klik tambah gadget - anda cari tentang penambahan HTML/Java Script kemudian klik tanda +, paste kode iklan yang anda copy tadi pada konten (judul di kosongkan saja).

iklan anda sudah tayang pada web anda. sekarang tinggal meningkatkan page rank pada google.

CARA DAFTAR DI www.PPCIndo.com

sebelum anda melangkah urutan daftar web, lebih baik anda meningkatkan page rank web/blogg anda terlebih dahulu. agar web/blogg anda sering dikunjungi oleh downline. untuk mengetahiu bagaimana caranya agar meningkatkan suatu web/blog pada page rank, anda klik PAGE RANK pada daftar menu di atas. karena in akan bermanfaat untuk web/blogg anda maupun bisnis online anda.

1. anda masuk di www.ppcindi.com
2. klik publisher pada menu. akan muncul jendela baru untuk mengisi form, anda isi form username, password, nama email, dan klik pada Saya telah membaca dan patuh terhadap peraturan. anda klik daftar
3. anda login setelah anda akan menerima email dari ppcindo.com tentang aktifasi. klik login di ppcindo.com atau anda klik link yang sudah ada di pesan.
4. anda tinggal mengikuti langka-langkah yang sudah di berikan ppcindo.com.
5. selamat bekerja dan menjadi orang yang TERANCAM KAYA. Hehehehehe

CARA DAFTAR DI AdsenseCamp.com

sebelum anda melangkah urutan daftar web, lebih baik anda meningkatkan page rank web/blogg anda terlebih dahulu. agar web/blogg anda sering dikunjungi oleh downline. untuk mengetahiu bagaimana caranya agar meningkatkan suatu web/blog pada page rank, anda klik PAGE RANK pada daftar menu di atas. karena in akan bermanfaat untuk web/blogg anda maupun bisnis online anda.

cara daftar di www.adsensecamp.com

1. klik gambar di bawah ini

Adsense Indonesia

2. setelah muncul 2 pilihan, anda pilih web owner , anda klik create publisher account
3. akan muncul form registrasi untuk anda isi. isi data anda seperti username (terserah anda), password dll., klik register/ next
4. anda klik skip untuk melanjutkan,
5. bukalah inbox di email anda, cari pesan dari adsensecamp.com; yang akan memberi link aktivasi, klik link tersebut atau copy pada jendela baru google
6. setelah anda klik link, akan muncul halaman baru, klik disini pada aktifasi registrasiisi username dan password untuk login pada Existing member blogger - klik login
7. agar anda dapat memasang iklan pada web/blogger anda, klik pasang script iklan pada menu (account anda di adsensecamp.com)
8. isi data mengenai blog anda, pada kategori iklan yang ingin ditampilkan, lebih baik lebih dari 2 iklan – klik save – klik pada dapatkan kode HTML iklan – pilih iklan yang akan ditampilkan – anda akan dapat kode html – copy dan paste kode pada web anda
9. cara memasang kode html di web/blog anda
login ke blogg anda - klik blogger - klik rancangan - kemudian anda klik tambah gadget, cari tentang penambahan HTML/Java Script - klik tanda + - paste kode iklan pada konten (judul dikosongkan saja) - klik simpan.

sekarang anda sudah memasang iklan di web anda, tingkatkan jumlah pengunjung anda agar peluang klik iklan anda lebih besar.